Jawa Barat merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi gempa bumi cukup tinggi. Aktivitas seismik yang terjadi di wilayah ini menunjukkan adanya sesar-sesar yang masih aktif dan perlu diwaspadai oleh masyarakat.
Pekan lalu, sejumlah kejadian gempa bumi melanda, mulai dari gempa di Bandung Barat hingga Kabupaten Karawang. Kejadian ini menandakan bahwa kawasan tersebut merupakan zona rawan gempa yang memerlukan perhatian lebih dari pihak berwenang dan masyarakat.
Salah satu sesar yang mencolok di wilayah ini adalah Sesar Lembang. Sesar ini harus diwaspadai karena aktif bergerak, dan memiliki panjang yang signifikan di daerah tersebut.
Pergerakan Aktif Sesar di Jawa Barat
Gempa dengan kekuatan magnitudo 1,8 mengguncang Cisarua, Bandung Barat, pada pekan lalu. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menekankan bahwa aktivitas gempa tersebut menunjukkan risiko yang harus diperhatikan oleh warga sekitarnya.
Sesar Lembang terletak sekitar 8 hingga 10 kilometer utara Kota Bandung dan merupakan salah satu dari 81 sesar aktif di Indonesia. Patahan ini memiliki panjang 29 kilometer dan dapat bergerak dengan kecepatan hingga 6 milimeter per tahun.
Dari segi geografi, Sesar Lembang dibagi menjadi enam segmen yang tidak lurus, yaitu Cimeta, Cipogor, Cihideung, Gunung Batu, Cikapundung, dan Batu Lonceng. Keberadaan sesar ini tidak hanya membawa risiko, tetapi juga menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung ke area tersebut.
Identifikasi Sesar Naik dan Potensi Gempa
Sesar Naik Busur Belakang Jawa Barat menjadi penyebab dari gempa berkekuatan magnitudo 4,7 yang terjadi di Kabupaten Karawang. Daryono menjelaskan bahwa gempa ini merupakan jenis dangkal yang disebabkan oleh pergerakan sesar tersebut.
Segmen Baribis, yang dulu dikenal sebagai Sesar Baribis, adalah bagian dari Sesar Naik Busur Belakang. Serangkaian segmen lain yang termasuk dalam sesar ini meliputi Ciremai, Cipunegara, dan beberapa segmen lainnya, menunjukkan kompleksitas dari jaringan sesar di wilayah ini.
Akibat pergerakan aktif dari sesar-sesar ini, masyarakat di sekitar perlu menyadari potensi risiko dan mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan terjadinya gempa bumi. Hal ini penting untuk keselamatan dan ketahanan masyarakat.
Sesar Citarik dan Dampaknya di Sekitar
Sesar Citarik adalah salah satu sesar yang terkenal di Jawa Barat, ditandai dengan kelurusan aliran Sungai Citarik. Jalur patahan ini membentang dari Teluk Palabuhanratu hingga Bekasi, mempengaruhi daerah padat penduduk dan strategis.
Sejak terbentuk pada zaman Miosen Tengah, sekitar 15 juta tahun yang lalu, Sesar Citarik tetap aktif hingga kini. Pergerakannya yang awalnya kombinasi mendatar dan vertikal telah bertransformasi menjadi pergerakan mendatar mengiri dalam waktu 2,5 juta tahun terakhir.
Wilayah yang dilalui oleh Sesar Citarik, seperti Jakarta dan Bogor, adalah daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Dengan potensi pergerakan yang aktif, penting untuk menjaga kesadaran masyarakat tentang risiko yang ada.
Identifikasi Sesar Baru dalam Penelitian Terbaru
Pengamatan BMKG pada tahun 2024 mengungkapkan adanya sesar baru yang diduga menjadi penyebab gempa di Sumedang pada 31 Desember 2023. Gempa yang berkekuatan magnitudo 4,8 ini menunjukkan bahwa kawasan tersebut juga berada dalam zona rawan gempa.
Kepala BMKG menjelaskan bahwa wilayah Sumedang terletak di daerah tumbukan dua lempeng, yaitu Indo-Australia dan Eurasia, yang terdapat di Samudera Hindia. Hal ini menambah kompleksitas risiko seismik yang dihadapi oleh daerah tersebut.
Tidak hanya itu, wilayah ini juga rentan terhadap gempa dari berbagai sesar aktif yang telah terpetakan, seperti Sesar Cimandiri dan Sesar Baribis. Kesadaran masyarakat akan keberadaan sesar-sesar ini penting untuk mitigasi risiko gempa.