Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena cuaca ekstrim yang melanda banyak negara di Asia Tenggara dan Asia Selatan telah menjadi perhatian dunia. Terbaru, badai mematikan yang mengguncang wilayah Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat, mengungkapkan hubungan antara kondisi ini dengan krisis iklim yang terus memburuk.
Tim peneliti dari lembaga penelitian iklim terkemuka menjelaskan bahwa Siklon Tropis Senyar yang menerjang beberapa wilayah tersebut dipicu oleh peningkatan suhu laut dan laju deforestasi yang semakin mengkhawatirkan. Situasi ini tidak hanya menciptakan kerugian materiil, tetapi juga mengancam nyawa masyarakat lokal.
Perubahan Suhu Laut dan Ancaman Badai Tropis
Data terbaru menunjukkan bahwa suhu permukaan laut di Samudra Hindia Utara lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata yang tercatat selama tiga dekade terakhir. Peningkatan suhu ini telah memberikan energi tambahan pada badai tropis, sehingga menjadikannya lebih merusak.
Tanpa adanya pemanasan global yang menyebabkan kenaikan suhu rata-rata sebesar 1,3 derajat Celsius sejak era pra-industri, wilayah tersebut mungkin akan menghadapi cuaca yang jauh lebih stabil. Namun, kenyataannya, kondisi saat ini justru mengarah pada peningkatan intensitas badai.
Meskipun tidak selalu ada konsensus mengenai frekuensi badai tropis, para ilmuwan sepakat bahwa suhu laut yang lebih tinggi meningkatkan dampak dari peristiwa cuaca tersebut. Hal ini menjadi perhatian serius karena ancaman terhadap populasi yang rentan menjadi semakin nyata.
Fenomena Curah Hujan yang Mengkhawatirkan
Studi dari lembaga penelitian iklim juga menjelaskan bahwa pemanasan global berdampak pada frekuensi dan intensitas curah hujan. Intensitas hujan ekstrem telah meningkat secara signifikan seiring dengan kenaikan suhu global, menunjukkan pola yang tidak dapat diabaikan.
Teori fisika klasik menjelaskan bahwa udara yang lebih hangat dapat menampung lebih banyak uap air, sehingga menciptakan kondisi untuk curah hujan yang lebih deras. Hal ini berpotensi menyebabkan bencana, seperti banjir besar yang mengancam kehidupan masyarakat di daerah rawan.
Dengan adanya penelitian ini, masyarakat diharapkan lebih siap menghadapi risiko yang dihasilkan oleh iklim yang semakin tidak stabil. Kurangnya persiapan dapat menyebabkan kerugian yang lebih besar pada populasi yang paling rentan.
Deforestasi sebagai Faktor Pendorong
Di Indonesia, permasalahan deforestasi semakin memperburuk situasi. Hutan yang seharusnya berfungsi untuk menyerap air dan menstabilkan tanah kini telah banyak yang ditebang, meninggalkan daerah tersebut rentan terhadap banjir.
Studi terkini menunjukkan bahwa dampak deforestasi ini tidak bisa dipisahkan dari efek pemanasan global. Ketika hutan ditebang, kelembapan tanah menurun, sehingga meningkatkan risiko bencana alam seperti longsor dan banjir bandang.
Peneliti menegaskan perlunya upaya sistematis untuk menangkal deforestasi, melalui penanaman pohon dan pengelolaan sumber daya alam yang lebih berkelanjutan. Inisiatif ini sangat krusial dalam menjaga ekosistem dan mengurangi risiko bencana.













