Dunia baru-baru ini dihebohkan oleh penemuan seekor orangutan unik yang dikenal dengan nama Alba. Primata berciri khusus ini, dengan bulu putih pucat dan mata kebiruan, pertama kali ditemukan pada April 2017 di Kalimantan Tengah.
Pada 29 April 2017, kolaborasi antara Balai Konservasi Sumber Daya Alam, kepolisian, dan yayasan konservasi terkemuka berhasil menyelamatkan Alba dari kondisi yang mengkhawatirkan. Ia ditemukan di sebuah desa setelah dijadikan hewan peliharaan, tepatnya di Kecamatan Kapuas Hulu, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah.
Pemilik sebelumnya menjelaskan bahwa ia menemukan Alba di hutan yang telah ditebang dekat area tempat tinggalnya. Diperkirakan usia Alba saat itu sekitar lima tahun, dan perlunya perawatan medis segera dimulai.
Proses Penyelamatan dan Rehabilitasi Alba
Alba segera mendapatkan perawatan dari tim dokter hewan yang berpengalaman, yang berupaya memastikan kesehatan dan kesejahteraannya. Selama proses ini, pihak siap mengamati kemampuannya untuk bertahan hidup jika suatu saat dilepaskan ke alam liar.
Setelah dua tahun menjalani rehabilitasi di Nyaru Menteng, Alba akhirnya diberikan kesempatan untuk kembali ke habitat aslinya. Pada 18 Desember 2018, momen bersejarah tersebut terjadi di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya.
Berdasarkan riset, Alba menjadi orangutan albino pertama yang diketahui di dunia, menjadikannya lambang keunikan luar biasa di antara spesiesnya. Fenomena ini diakibatkan oleh kelainan genetik yang terbilang langka, yang membuat perhatian dunia tertuju padanya.
Tantangan yang Dihadapi Alba di Alam Liar
Meskipun telah dilepas kembali, keberadaan Alba menuntut pengawasan yang lebih besar. Lingkungan yang aman dan terlindungi sangat penting untuk menjamin perilakunya sebagai satwa liar. Penelitian juga menunjukkan bahwa Alba memiliki gangguan penglihatan dan pendengaran, yang dapat mempengaruhi kemampuan bertahan hidup di hutan hujan.
Keunikan fisik Alba tidak hanya menjadi daya tarik, tetapi juga munculnya risiko baru; bulu putihnya membuatnya lebih mudah dikenali dan menjadi target perburuan liar serta perdagangan ilegal. Pengalaman ini memerlukan pendekatan yang lebih hati-hati dari pihak konservasi.
Sebagian besar kawasan hutan hujan yang dikelola oleh yayasan konservasi tersebut sudah dilindungi lebih baik, namun perlindungan yang intensif tetap dibutuhkan untuk Alba agar ia dapat beradaptasi secara optimal.
Perilaku dan Kehidupan Sosial Alba Setelah Kembali ke Alam
Setelah dilepaskan ke alam liar, Alba menunjukkan aktivitas yang cukup baik. Sejak akhir tahun 2019, laporan menunjukkan bahwa ia berhasil beradaptasi dengan lingkungannya dan menjalankan perilaku alaminya dengan baik. Ia menghabiskan waktu sekitar 56,5 persen untuk makan dan 27,2 persen untuk bergerak di pepohonan.
Penting untuk dicatat, Alba juga menunjukkan kemampuan bersosialisasi dengan orangutan lain yang telah lebih dulu dilepasliarkan. Hal ini menjadi harapan bagi para peneliti dan pihak konservasi bahwa Alba dapat terus hidup dan menjalani eksistensinya sebagai satwa liar.
Kepala Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya, Agung Nugroho, mengungkapkan kebahagiaannya ketika menerima laporan bahwa Alba telah kembali berperilaku sesuai kodratnya. Harapan terbesar adalah agar Alba dapat terus bertahan hidup di hutan dan berkontribusi pada populasi orangutan yang ada.