Peningkatan aktivitas sesar di Indonesia menjadi perhatian serius dalam beberapa tahun terakhir. Saat ini, terdapat 401 sesar aktif yang menjadi pemicu gempa, angka ini meningkat signifikan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Menurut para ahli, jumlah sesar aktif ini bukan disebabkan oleh retakan baru di bumi, melainkan hasil dari kemajuan dalam penelitian dan pemetaan geologi. Hasil pemutakhiran menunjukkan informasi yang lebih akurat mengenai potensi gempa.
Guru Besar Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan di salah satu universitas terkemuka, Masyhur Irsyam, menjelaskan bahwa peningkatan sumber gempa ini adalah hasil dari penggabungan data yang lebih komprehensif. Ini mencakup lebih dari 100.000 katalog gempa dari berbagai lembaga di dalam dan luar negeri.
Perkembangan Pemetaan Sesar di Indonesia yang Signifikan
Pemetaan terbaru memanfaatkan teknologi canggih seperti model 3D untuk meningkatkan akurasi posisi sumber gempa. Dengan pendekatan ini, hiposenter dari gempa yang terjadi sudah direlokasi dengan lebih tepat.
Tim yang dipimpin oleh ahli geologi terkemuka melakukan survei lapangan untuk mengumpulkan data yang lebih valid. Termasuk di dalamnya adalah analisis geomorfologi dan pemetaan yang lebih terperinci untuk memahami karakteristik tiap sesar.
Penemuan ini menegaskan bahwa beberapa sesar yang sebelumnya belum teridentifikasi kini dinyatakan sebagai sesar aktif. Data ini sangat penting untuk pemetaan risiko gempa tanah di Indonesia.
Statistik Meningkatnya Jumlah Sesar Aktif dari Tahun ke Tahun
Dalam 14 tahun terakhir, jumlah sesar aktif di Indonesia meningkat dari 52 pada tahun 2010 menjadi 401 pada tahun 2024. Hal ini menunjukkan tren peningkatan yang signifikan dalam pemahaman kita tentang potensi bahaya geologi.
Peta bahaya gempa yang dipublikasikan oleh Kementerian Pekerjaan Umum memperlihatkan perubahan besar dalam jumlah segmen sesar yang aktif. Misalnya, Pulau Jawa dan Sumatra menunjukkan lonjakan yang sangat mencolok.
Di Jawa, segmen sesar meningkat dari 36 menjadi 82 dalam tujuh tahun. Temuan signifikan ini kebanyakan terjadi di kawasan utara pulau, yang selama ini dianggap stabil.
Dampak Geologis dan Konstruksi Akibat Temuan Baru
Peningkatan jumlah sesar aktif tentunya berimplikasi pada risiko gempa di berbagai kawasan. Kondisi ini dikhawatirkan akan menyebabkan serangkaian gempa yang lebih merusak di masa depan.
Dengan banyaknya sesar yang teridentifikasi, kompetensi dalam konstruksi bangunan di Indonesia pun perlu diperbaiki. Standar baru, termasuk SNI 1726, diharapkan bisa menjawab tantangan baru ini.
Peningkatan data ini memberikan dasar bagi evaluasi ulang sistem konstruksi agar dapat meminimalkan risiko kerugian saat bencana terjadi. Keamanan bangunan menjadi prioritas utama mengingat potensi gempa yang semakin tinggi di banyak wilayah.













