Rentetan gempa mengguncang wilayah Bandung dan sekitarnya sejak pekan lalu akibat meningkatnya aktivitas Sesar Lembang. Sesar ini merupakan salah satu sesar aktif yang patut diperhatikan mengingat dampak yang dapat ditimbulkannya bagi masyarakat dan infrastruktur di sekitar daerah tersebut.
Gempa yang terjadi memiliki kekuatan yang bervariasi, dengan yang terbaru yaitu gempa berkekuatan M1,8 di Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. Selain itu, pada Rabu (20/8) terjadi lagi gempa dengan kekuatan M1,7, yang menunjukkan besarnya aktivitas geologi dalam kawasan ini.
Kejadian-kejadian gempa belakangan ini menegaskan bahwa Sesar Lembang adalah sesar yang tidak hanya aktif tetapi juga berpotensi menimbulkan kerusakan. Hal ini membuat masyarakat semakin waspada terhadap ancaman gempa yang bisa terjadi kapan saja.
Mengenal Sesar Lembang dan Karakteristiknya
Sesar Lembang adalah salah satu dari 81 sesar aktif yang ada di Indonesia dan terletak 8 hingga 10 kilometer sebelah utara kota Bandung. Dengan patahan sepanjang 29 kilometer, sesar ini merupakan salah satu jalur geologi yang aktif bergerak dan memiliki kecepatan pergerakan mencapai 6 milimeter per tahun.
Patahan Sesar Lembang terdiri dari enam segmen yang tidak lurus, yaitu Cimeta, Cipogor, Cihideung, Gunung Batu, Cikapundung, dan Batu Lonceng. Segmen-segmen ini memiliki fungsi penting dalam mendefinisikan dinamika lokal dan potensi gempa yang bisa terjadi di wilayah sekitarnya.
Panjang keseluruhan Sesar Lembang dari Kecamatan Padalarang di bagian barat hingga Kecamatan Cilengkrang di timur menunjukkan kompleksitas geologi yang menarik. Sisi barat Sesar Lembang cenderung landai, sementara sisi timurnya memiliki struktur curam yang mencuat, memberikan panorama alam yang memukau dan menyimpan risiko geologis yang potensi membahayakan.
Menilai Potensi Kerusakan dari Sesar Lembang
Dalam sebuah diskusi daring yang membahas pemetaan Sesar di Pulau Jawa, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG mengungkapkan potensi gempa dari Sesar Lembang. Dengan panjang sesar mencapai 30 km, potensi magnitudo maksimum gempa dapat mencapai 6,8 yang bisa sangat merusak bagi kawasan sekitarnya.
Apabila gempa tersebut terjadi dengan kedalaman pusat gempa di 10 km, dampaknya dapat dirasakan di kawasan Bandung Barat, Cimahi, Bandung, dan Purwakarta dengan skala MMI antara VI sampai VII. Ini menunjukkan bahwa kawasan-kawasan tersebut harus mempersiapkan infrastruktur untuk menghadapi kemungkinan kerusakan gempa yang signifikan.
Bagi bangunan yang dirancang dengan baik, kerusakan dapat diminimalisir, asalkan memenuhi standar teknik yang telah ditetapkan. Namun, bagi struktur yang tidak dibangun sesuai dengan ketentuan, kerusakan bisa menjadi lebih parah dan mendekati total runtuh.
Kondisi Geologi yang Mempengaruhi Dampak Gempa
Keadaan geologi di sekitar Sesar Lembang juga berperan penting dalam menentukan tingkat kerusakan akibat gempa. Penelitian menunjukkan bahwa kondisi batuan di daerah tersebut cenderung lunak, yang berpotensi memperkuat getaran yang dirasakan saat gempa terjadi. Dengan kondisi geologis ini, efek dari gempa bisa lebih parah dari yang diperkirakan.
Bandung yang terletak di bekas danau purba membuat tanahnya memiliki karakteristik yang cukup unik. Meskipun jarak antara Sesar Lembang dan Kota Bandung lebih dari 7 kilometer, guncangan yang dirasakan di kota tersebut tetap kuat dan berpotensi menyebabkan kerusakan yang signifikan.
Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memahami kondisi geologi di sekitar tempat tinggal mereka. Langkah mitigasi dan edukasi yang tepat sangat diperlukan untuk meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana alam ini.