Sesar Lembang kini menjadi perhatian utama karena aktivitasnya yang meningkat dalam beberapa waktu terakhir. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya gempa besar yang dapat merusak berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Pemerintah daerah, khususnya di Kota Bandung, telah mengambil langkah proaktif untuk menghadapi potensi bahaya ini. Mereka telah menetapkan enam lokasi evakuasi sebagai langkah mitigasi jika bencana terjadi.
Wakil Wali Kota Bandung mengungkapkan bahwa dampak dari gempa ini dapat meluas hingga ke infrastruktur, ekonomi, dan sosial masyarakat. Untuk itu, fokus kebijakan mereka adalah pada pencegahan dan kesiapsiagaan, bukan semata-mata pada respons terhadap bencana.
Mengetahui Sesar Lembang dan Pergerakannya Secara Detail
Sesar Lembang adalah salah satu dari 81 sesar aktif yang ada di Indonesia dan terletak di utara Kota Bandung. Dengan panjang patahan mencapai 29 kilometer, sesar ini terus bergerak dengan kecepatan sekitar 6 milimeter per tahun.
Terdapat enam segmen penting dalam Sesar Lembang, yakni Cimeta, Cipogor, Cihideung, Gunung Batu, Cikapundung, dan Batu Lonceng. Keberadaan segmen-segmen ini menunjukkan bahwa sesar Lembang memiliki struktur yang kompleks dan tidak lurus.
Membentang dari Kecamatan Padalarang di Kabupaten Bandung Barat sampai Kecamatan Cilengkrang di Kabupaten Bandung, keberadaan sesar ini menimbulkan beragam karakter geografi. Di sisi barat, kawasan ini tampak lebih landai dan mayoritas digunakan untuk pertanian dan pemukiman, sementara sisi timurnya memiliki kecuraman hingga 40 derajat.
Potensi Gempa yang Dapat Dihasilkan oleh Sesar Lembang
Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG menjelaskan potensi gempa yang dapat ditimbulkan Sesar Lembang. Dalam skenario gempa, wilayah Bandung Barat, Cimahi, dan sekitarnya berpotensi mengalami dampak serius jika terjadi gempa dengan magnitudo maksimum mencapai 6,8.
Menurut studi yang dilakukan, kedalaman pusat gempa yang diperkirakan sekitar 10 km dapat menghasilkan intensitas guncangan yang cukup tinggi. Skala guncangan yang tertinggi dapat mencapai angka VI hingga VII pada indeks MMI, yang menunjukkan kerusakan sedang hingga berat.
Penting untuk dicatat, bangunan yang tidak sesuai dengan standar tahan gempa berisiko lebih besar untuk rusak parah. Hal ini menunjukkan perlunya standar konstruksi yang tinggi bagi bangunan di daerah rawan gempa.
Dampak Tanah Lunak terhadap Guncangan Gempa di Bandung
Keunikan geologi Kota Bandung juga berkontribusi pada potensi dampak gempa yang dapat terjadi akibat Sesar Lembang. Sebagian besar kawasan ini dibangun di atas endapan tanah lunak yang merupakan sisa dari sebuah danau purba.
Di lokasi ini, guncangan dari gempa dapat dirasakan lebih kuat meskipun jarak dari pusat gempa sudah lebih dari tujuh kilometer. Faktor ini menjadi perhatian tersendiri bagi para ahli geologi dan peneliti bencana.
Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional menegaskan bahwa keberadaan tanah lunak di kawasan Bandung memperburuk situasi ketika terjadi gempa besar, sehingga langkah mitigasi harus terus ditingkatkan.