Pakar keamanan siber telah menyatakan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara yang paling banyak diserang oleh serangan siber, khususnya ransomware. Meningkatnya serangan ini menunjukkan bagaimana ancaman siber dapat mengganggu berbagai sektor, dari individu hingga industri besar.
Salah satu tokoh yang mengungkapkan hal ini adalah Igor Kuznetsov, Direktur Tim Riset & Analisis Global Kaspersky. Ia mencatat bahwa jumlah serangan ransomware yang menargetkan Indonesia mencapai 57.554 serangan, menjadikannya yang terbanyak di Asia Tenggara pada tahun lalu.
Ransomware bukanlah hal baru dalam dunia siber. Jenis serangan ini biasanya dilakukan dengan tujuan finansial, di mana pelaku kejahatan meminta tebusan sambil mengancam untuk mempublikasikan data pribadi korban atau mengunci akses ke sistem.
Bagaimana Ransomware Menyerang dan Memengaruhi Korban
Ransomware umumnya disebarkan melalui email spam yang berisi tautan atau lampiran berbahaya. Setelah pengguna mengklik tautan atau membuka lampiran tersebut, ransomware mulai beraksi dalam sistem yang terinfeksi.
Setelah berhasil masuk, kode berbahaya ini akan mencari dan mengenkripsi berbagai file berharga, termasuk dokumen, gambar, dan database. Proses enkripsi ini membuat korban tidak dapat mengakses data penting mereka.
Salah satu serangan yang mencolok terjadi pada Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2, yang melumpuhkan sejumlah layanan publik di Indonesia. Hal ini menunjukkan bagaimana serangan siber dapat berdampak langsung pada layanan masyarakat.
Meningkatnya Ancaman Keamanan Siber di Indonesia
Dari tahun ke tahun, Indonesia mengalami lonjakan yang signifikan dalam serangan siber. Kaspersky melaporkan bahwa dalam satu tahun terakhir, ada sekitar 20 juta percobaan serangan yang dilakukan terhadap pengguna di Indonesia dari berbagai sumber.
Di antara serangan ini, terdapat sekitar 3 juta serangan dengan eksploitasi dan 3 juta lainnya yang menggunakan metode backdoor untuk memperolehnya. Angka ini menunjukkan variasi dan kompleksitas metode yang digunakan oleh penjahat siber.
Selain itu, Kaspersky juga mendeteksi lebih dari 649.267 upaya malware yang ditujukan kepada pengguna bank. Temuan ini sejalan dengan laporan resmi yang menyatakan terdapat 800 ribu kasus terkait penipuan perbankan di Indonesia, yang semakin memperkuat fakta bahwa kejahatan siber merupakan masalah serius.
Kerugian Finansial dan Dampaknya pada Masyarakat
Kerugian finansial akibat kejahatan siber di Indonesia sangat signifikan, mencapai Rp476 miliar. Ini menciptakan kekhawatiran serius mengenai dampak yang dapat ditimbulkan terhadap perekonomian dan kepercayaan masyarakat terhadap sistem digital.
Dalam konteks ini, data menjadi komoditas berharga bagi penjahat siber. Dengan penetrasi internet yang tinggi di Indonesia, tidak mengherankan jika data pribadi dan finansial menjadi target utama para pelaku kriminal siber.
Selain itu, banyak organisasi domestik juga mulai mengkhawatirkan adanya kelompok-kelompok canggih yang dikenal sebagai Advanced Persistent Threats (APT). Kelompok-kelompok ini berfokus pada sektor-sektor penting dan individu di Indonesia.