Fenomena “usang terencana” atau yang lebih dikenal dengan istilah planned obsolescence telah menjadi bagian dari kehidupan konsumsi modern. Sejak beberapa dekade terakhir, masyarakat semakin menyadari bahwa banyak produk memiliki masa pakai yang sudah ditentukan, terutama dalam kategori elektronik.
Setiap tahun, peluncuran produk baru oleh berbagai vendor smartphone sering kali menjadi sorotan. Dengan teknik pemasaran yang canggih, mereka mempresentasikan fitur-fitur yang menggiurkan, sehingga membuat produk lama terasa tertinggal.
Ketika kita melihat iklan terbaru yang memperkenalkan ponsel dengan spesifikasi lebih tinggi, secara tidak sadar, kita sering merasa bahwa perangkat yang kita miliki sudah usang. Hal ini tidak hanya berlaku pada smartphone, tetapi juga pada berbagai gadget lain yang sering kita gunakan.
Pengertian dan Sejarah Usang Terencana dalam Konsumsi
Istilah planned obsolescence merujuk pada strategi di mana produsen merancang produk dengan tujuan agar memiliki umur pakai yang terbatas. Dalam banyak kasus, perusahaan membuat komponen yang lebih rentan atau mengurangi kualitas agar konsumen membeli produk baru lebih cepat.
Strategi ini pertama kali diperkenalkan di awal abad ke-20 oleh industri, yang mencoba memaksimalkan keuntungan dengan mempercepat siklus pembelian konsumen. Dengan mengandalkan ketidakpuasan dan keinginan untuk memiliki produk terbaru, perusahaan dapat menciptakan permintaan yang terus menerus.
Salah satu contoh paling terkenal dari praktik ini terjadi pada industri lampu pijar, di mana perusahaan lampu menetapkan batas maksimum untuk umur lampu agar konsumen membeli sekaligus lebih banyak. Pemikiran ini secara bertahap meluas ke berbagai sektor, termasuk elektronik dan otomotif.
Dampak Psikologis Usang Terencana terhadap Konsumen
Dampak dari planned obsolescence bukan hanya sekedar aspek finansial, tetapi juga mencakup psikologi konsumen. Ketika produsen terus-menerus mengeluarkan produk baru, ketidakpuasan tumbuh dalam diri konsumen.
Fenomena ini menciptakan perasaan bahwa barang yang dimiliki sudah tidak relevan lagi. Konsumen pun sering kali lebih memilih untuk membeli produk baru daripada memperbaiki barang yang mereka miliki.
Keinginan untuk mengikuti tren menjadi salah satu pendorong utama, dan hal ini membuat perusahaan tergoda untuk terus mengeluarkan produk baru dengan fitur yang minim pembaruan. Akibatnya, konsumen terjebak dalam siklus pembelian yang tidak berujung.
Tanda-tanda Usang Terencana dalam Produk Elektronik
Dalam dunia teknologi, ada beberapa tanda yang menunjukkan bahwa sebuah produk telah dirancang untuk menjadi usang. Salah satu indikator utama adalah pengurangan dukungan perangkat lunak.
Setelah beberapa tahun, banyak produsen menghentikan pembaruan sistem operasi untuk model-model lama, yang menyebabkan perangkat tersebut rentan terhadap masalah keamanan. Penghentian dukungan ini sering kali membuat pengguna merasa terpaksa untuk mengganti perangkatnya.
Selain itu, daya tahan baterai yang menurun secara signifikan juga menjadi salah satu indikasi. Jika ponsel atau laptop yang awalnya memiliki daya tahan baterai yang baik tiba-tiba cepat habis, itu bisa jadi tanda bahwa perangkat telah dijadwalkan untuk usang.