Pada Rabu pagi, gempa bumi berkekuatan dahsyat mengguncang Rusia, mengingatkan kembali kita pada fenomena geologis yang dikenal sebagai Cincin Api Pasifik. Fenomena ini merupakan jalur gunung berapi aktif dan tidak aktif yang membentang di sekitar Samudra Pasifik, menyentuh banyak negara di sepanjang jalan. Cincin ini tidak hanya menjadi perhatian para ilmuwan, tetapi juga mengingatkan kita akan risiko yang dapat mengancam daerah-daerah di sekitarnya.
Cincin Api Pasifik mencakup berbagai bentuk geologi yang menarik bagi para peneliti. Wilayah ini ditandai oleh pergerakan lempeng tektonik yang kompleks, yang menciptakan gunung berapi dan berpotensi menyebabkan gempa bumi besar. Di Indonesia, yang terletak di tepi Cincin Api, risiko ini perlu diwaspadai secara serius.
Mengacu pada para ahli, Cincin Api Pasifik adalah hasil dari subduksi, di mana lempeng-lempeng tektonik saling bertemu. Proses ini menyebabkan batuan di dalam mantel bumi meleleh dan membentuk magma, yang akhirnya keluar ke permukaan melalui gunung berapi.
Penjelasan Mengenai Cincin Api Pasifik dan Gejalanya
Cincin Api Pasifik terdiri atas jalur gunung berapi yang melingkari daerah Samudra Pasifik. Menurut Loÿc Vanderkluysen, seorang ahli vulkanologi terkemuka, kawasan ini mengandung sekitar 90 persen dari total 55.000 kilometer batas lempeng subduksi yang ada di planet kita. Hal ini menunjukkan betapa aktifnya wilayah ini secara geologis.
Paling tidak ada 450 gunung berapi aktif di Cincin Api, banyak di antaranya terletak di bawah permukaan laut. Dengan panjang hampir 40.250 kilometer, kawasan ini menjadi sorotan utama bagi para ahli gempa dan vulkanologi di seluruh dunia.
Zonasi subduksi di Cincin Api bukan hanya menjadi tempat munculnya gunung berapi. Ia juga menjadi lokasi bagi palung laut terdalam di Bumi, menemukan kejadian gempa bumi yang sering kali terjadi akibat interaksi ini. Sementara itu, gempa bumi terjadi akibat gesekan antara dua lempeng yang bersentuhan.
Peringatan dari Gempa Besar di Rusia
Gempa berkekuatan 8,7 yang mengguncang Semenanjung Kamchatka menjadi sinyal peringatan bagi negara-negara di sekitar Cincin Api Pasifik. Pakar gempa irwan Meilano dari ITB menjelaskan bahwa kejadian ini merupakan pengingat bahwa wilayah-wilayah tersebut tidak bisa dianggap aman dari risiko gempa. Sifatnya yang mirip dengan wilayah barat Sumatera dan selatan Jawa, menjadi kekhawatiran tersendiri bagi Indonesia.
Irwan menyebut kondisi aktual di Kamchatka sebagai “bom waktu” yang telah lama terhambat. Dengan potensi tsunami yang dapat menyebar ke kawasan timur Indonesia, penting bagi negara-negara tersebut untuk mempersiapkan langkah mitigasi yang lebih baik.
Gelombang tsunami dengan tinggi 60 cm telah terdeteksi setelah gempa besar ini, yang menunjukkan ancaman nyata bagi julang pantai yang lebih jauh. Keberadaan tsunami dalam waktu 8 hingga 10 jam pasca-gempa dapat berdampak serius pada keamanan penduduk sekitar.
Menjelajahi Lokasi-Lokasi dalam Cincin Api Pasifik
Cincin Api Pasifik mengelilingi beberapa lempeng tektonik, termasuk Lempeng Pasifik dan lempeng Filipina. Lempeng-lempeng ini banyak yang menjunam ke wilayah benua yang berdekatan. Selain itu, terdapat patahan transform yang berlaku di pantai barat Amerika Utara, memperlihatkan pergeseran antara lempeng-lempeng tersebut.
Beberapa negara yang terletak di sepanjang Cincin Api Pasifik termasuk Indonesia, Jepang, dan Filipina. Di Oseania, New Zealand juga termasuk dalam jajaran negara tersebut, mempertegas betapa luasnya bentangan Cincin Api ini.
Pada skala yang lebih besar, Amerika Serikat, khususnya di Alaska dan pantai barat, juga terhimpun dalam Cincin Api. Negara-negara di Amerika Tengah dan Selatan, seperti Meksiko, Kolombia, dan Chile, menambah panjang daftar negara yang harus waspada dengan gejala geologis yang mengintai.