Bencana banjir dan longsor yang melanda wilayah Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat semakin menunjukkan dampak krisis iklim yang semakin parah. Dengan badai siklon yang menyebabkan hujan lebat, infrastruktur banyak yang hancur dan ribuan rumah terendam lumpur, meninggalkan banyak keluarga terjebak dalam kesulitan.
Kejadian ini tidak hanya menghancurkan harta benda, tetapi juga mengancam keselamatan jiwa penduduk yang tinggal di daerah rentan. Lingkungan yang sebelumnya subur kini rusak dan tak sanggup menahan air, yang mengakibatkan kerusakan lebih mendalam.
Dampak bencana ini semakin memperkeruh situasi yang sudah tidak nyaman, dengan meningkatnya angka kejadian cuaca ekstrem. Daerah-daerah yang previousnya aman kini berisiko tinggi, terutama dalam hal banjir dan longsor.
Menjelajahi Penyebab Banjir dan Longsor yang Semakin Sering Terjadi
Badai siklon yang terjadi kali ini diduga lebih parah akibat perubahan iklim yang memengaruhi pola cuaca. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa Asia Selatan dan Asia Tenggara berpotensi mengalami curah hujan yang jauh lebih intens di masa mendatang.
Dalam laporan dari para ilmuwan iklim, disebutkan bahwa kehadiran air menjadi lebih dominan sebagai penyebab bencana. Chaine kelembapan yang meningkat akibat pemanasan global secara signifikan meningkatkan risiko terjadinya kejadian ekstrem.
Roxy Koll, seorang ilmuwan iklim, menjelaskan bahwa badai yang terjadi saat ini tidak hanya lebih banyak, tetapi juga lebih merusak. Air menjadi faktor utama yang harus diwaspadai guna mitigasi risiko bencana di kawasan ini.
Dampak Deforestasi dan Aktivitas Manusia Lainnya
Deforestasi yang berlangsung di Indonesia memperburuk situasi cuaca. Hilangnya hutan yang berfungsi sebagai penyerap air meningkatkan potensi banjir, sebab tanah yang tak ternutrisi lagi menjadi rentan terhadap longsor.
Sonia Seneviratne dari ETH Zurich mengatakan perlunya kesadaran tentang dampak aktivitas manusia. Meskipun ada upaya untuk menanggulangi bencana, perubahan iklim tetap menjadi faktor kunci dalam peningkatan curah hujan ekstrem.
Di kawasan Asia, hubungan antara aktivitas manusia dan bencana sudah teridentifikasi secara ilmiah. Peningkatan curah hujan ekstrem merupakan sinyal langsung dari pengaruh perubahan iklim yang tidak bisa diabaikan.
Progres di Bidang Tanggap Darurat dan Kesadaran Publik
Meskipun jumlah korban jiwa akibat bencana seperti banjir dan longsor menurun, tantangan tetap ada dalam sistem peringatan dini. Pemerintah di banyak negara berpendapatan menengah masih dituntut untuk meningkatkan kemampuan dalam evakuasi penduduk.
Alexander Matheou dari Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah menekankan perlunya pembenahan dalam sistem tanggap darurat. Masyarakat yang tinggal di daerah rawan perlu disediakan tempat perlindungan yang lebih baik saat terjadi banjir.
Di samping itu, pencegahan berbasis alam, seperti penanaman pohon dan mangrove juga dianggap sebagai solusi yang efektif. Strategi ini diharapkan dapat mengurangi risiko banjir dan melindungi masyarakat yang tinggal di daerah berisiko tinggi.















