Pernyataan yang mengangkat tema kecerdasan buatan (AI) semakin mencuri perhatian publik, terutama saat disampaikan oleh tokoh ternama. Masayoshi Son, CEO SoftBank, mengemukakan pandangan provokatif bahwa AI canggih dapat menjadikan manusia seolah-olah setara dengan ikan, dalam konteks kemampuan kognitif mereka.
Pernyataan tersebut muncul setelah pertemuan antara Son dengan Presiden Korea Selatan, Lee Jae Myung, yang membahas rencana Korea Selatan untuk menjadi pusat inovasi dalam bidang kecerdasan buatan. Dalam pertemuan itu, Son mengungkapkan kekhawatiran dan harapan mengenai potensi perkembangan AI di masa depan.
Perbandingan Menarik Antara Manusia dan Kecerdasan Buatan
Dalam penjelasannya, Son menjelaskan bahwa perbedaan intelektual antara manusia dan kecerdasan super buatan sangat signifikan. Ia mengibaratkan otak manusia dengan otak ikan mas, di mana perbedaan antara keduanya adalah sekitar sepuluh ribu kali lipat.
Son kemudian melanjutkan dengan menyatakan, “Kita berpotensi dapat menjadi seperti ikan, sementara AI akan berkembang menjadi makhluk yang sepuluh ribu kali lebih cerdas daripada kita.” Ini menimbulkan pertanyaan mengenai masa depan interaksi manusia dan teknologi.
Peran Kecerdasan Super Buatan dalam Kehidupan Manusia
Kecerdasan super buatan (ASI) menjadi sorotan utama dalam pernyataan Son, yang membandingkannya dengan hubungan manusia dengan hewan peliharaan. “Kita tidak perlu memakannya. ASI tidak butuh protein dari kita,” katanya, menekankan bahwa kecerdasan buatan tidak memiliki keinginan akan kebutuhan biologis seperti manusia.
Son meyakinkan bahwa perkembangan AI tidak akan mengancam eksistensi manusia, meskipun kekhawatiran tetap ada di masyarakat mengenai potensi AI yang melampaui kecerdasan manusia secara signifikan.
Ambisi Korea Selatan Menjadi Pusat Kecerdasan Buatan Global
Dalam konteks pembicaraan ini, ambisi Korea Selatan untuk menjadi kekuatan utama di bidang kecerdasan buatan kian menguat. Presiden Lee Jae Myung menyampaikan bahwa pemerintah berencana untuk meningkatkan anggaran penelitian dan pengembangan untuk AI secara signifikan dalam waktu dekat.
Dengan fokus pada peningkatan kapasitas dan kemampuan lokal, Korea Selatan berusaha untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara seperti Amerika Serikat dan China dalam bidang teknologi mutakhir ini.
Inisiatif Pelatihan Profesional dalam Bidang Semikonduktor
Pemerintah Korea Selatan juga mengumumkan sebuah inisiatif kemitraan dengan Arm, unit desain semikonduktor yang dimiliki SoftBank. Rencana ini bertujuan untuk melatih 1.400 profesional di bidang chip untuk memperkuat sektor semikonduktor di negara tersebut.
Langkah ini diyakini akan membantu mengatasi kelemahan industri semikonduktor Korea yang selama ini ada. Para pembuat kebijakan berharap inisiatif ini dapat menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan meningkatkan daya saing internasional Korea Selatan.
Kekhawatiran Menyusul Perkembangan Kecerdasan Buatan
Sementara peluang yang ditawarkan oleh teknologi ini sangat besar, tidak dapat dipungkiri adanya kekhawatiran terkait konsekuensi etis dan moral dari kecerdasan buatan yang lebih canggih. Banyak ilmuwan beranggapan bahwa keberadaan AI yang lebih maju membawa risiko potensial yang perlu dikelola dengan hati-hati.
Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk memastikan bahwa penggunaan AI tetap dalam koridor yang aman dan bermanfaat bagi umat manusia. Dalam hal ini, kolaborasi antara pemangku kepentingan di sektor teknologi, pemerintah, dan masyarakat adalah bagian yang sangat penting untuk menciptakan regulasi yang efektif.















